8/15/2013

#NekadTraveler: Hanya Bermodalkan Cinta, Mahasiswa Ini Tenggelam di Medan.



 “Cinta memang gila! Tak kenal kompromi! Bila disengatnya, say no to logika!”
-       Jumadi, 24, Terobsesi untuk bisa menjadi vokalis Netral

Semua sudah jelas diceritakan dalam lirik diatas. Semua begitu nyata. Begitu jelas bahwa cinta bisa menggerakan apa saja. Termasuk hati-hati yang selalu diam dalam perasaan ingin mencinta itu sendiri.

Ah, begitulah cerita ini bermula. Mencoba untuk menyeberang ke pulau tetangga yang belum terjamah sama sekali. Bahkan menjadi hasil pencarian Google di laptop sendiri pun belum pernah. Tapi tetap berusaha memberanikan diri untuk melalang buana kesana. Untuk apa? Untuk cinta, begitulah kiranya.

Saat itu gue masih berstatus sebagai seorang mahasiswa jurusan Matematika di salah satu Universitas di Semarang, Universitas Diponegoro. Yoi banget, Bro! Waktu itu gue belum di-“Drop Out” dari kampus tersebut. Sebagai seorang mahasiswa matematika sendiri, sebenarnya gak ada hubungannya dengan mencoba untuk menjadi #NekadTraveler. Jadi, kita skip saja cerita tentang mahasiswa matematika tersebut.

Semua didasari oleh segeranya hari ulang tahun seseorang hadir. Gue sendiri sudah merencanakan untuk memberikan hadiah ulang tahun yang tidak biasa. Apakah gerangan hadiah tersebut?

Mobil? Tidak!

Berlian? Bisa jadi!

Mobil dengan taburan berlian diseluruh body-nya? TENTU TIDAK!

Gue bingung, gundah gulana, dan dalam kegalauan tingkat dewa sampai pada saat gue masuk ke salah satu thread di Forum Heart-to-Heart Kaskus. Disanalah semua kebimbangan gue terjawab. Dibawah sebuah thread yang berjudul “Help me, Gan! Pacar ane hamil.” Gue menemukan salah satu thread konsultasi tentang cinta. Gue menceritakan, mengumbar, serta menelanjangi seluruh kegundahan gue di thread tersebut dan mendapati sebuah jawaban bahwa “Kado paling spesial untuk seseorang yang spesial adalah kehadiran kita.” Begitulah, gue akhirnya merencanakannya secara matang apapun yang akan gue lewati di perjalanan gue nanti.

Ini hadiahnya ...


PERSIAPAN


“Nanti ko, semisal sudah sampai di Medan, berhati-hatilah! Jangan sampe kaget ko sama logat orang Medan. Keras mereka!” 
– Dodi, 18(Saat itu), Pangeran Tebing Tinggi.
  
“Halah, tenang saja, Dez! Orang Medan itu baik-baik. Asal kau jangan macam-macam disana. Bisa dimakan kau!”  
– Khamanda, 18(Saat itu), Wakil Pangeran Tebing Tinggi Yang Selalu Membantah Ketuanya.

Begitulah. Hanya merekalah orang Medan yang gue kenal. Itu pun sebenarnya mereka juga bukan orang Medan, hanya pada saat menjelang SNMPTN aja mereka mengambil bimbel di Medan. Udah, itu aja.

Akhirnya setelah itu gue merencanakan apa-apa saja yang hendak gue siapkan demi kelancaran gue disana. Ya, apapun yang terjadi, terjadilah!

Ini, lho, yang namanya Dodi.

Tabungan.


Gue adalah orang yang sangat hemat kala itu. Dengan uang jajan seadanya gue bisa hidup selama sebulan di kota yang sangat panas dan memiliki sebutan Kota Atlas tersebut. Akhirnya gue menabung untuk bisa membeli tiket PP serta untuk bisa membeli sesuatu saat di Medan nanti. Ya, Desember menjadi bulan yang cukup berat dengan intensitas makan dalam sehari hanya sekali di warung nasi pecel langganan yang hanya seharga dua ribu rupiah per porsi, gue lolos dari kehidupan pelik tersebut.

Ya, Papa! Ya, Mama! Aku lolos!

Nilai UAS.


Pada saat itu gue sangat dikejutkan oleh berita bahwa jadwal UAS sangat berdekatan dengan tanggal ulang tahunnya seseorang tersebut. Alhasil klo sampe nilai gue jeblok dan gue harus remedial (Saat itu masih ada remedial, klo sekarang sih katanya udah ga ada lagi), semua rencana gue akan gagal. Hasil derita gue selama bulan Desember akan sia-sia, pacar agan yang hamil di H2H tersebut tak mendapatkan solusi. Semua akan kecewa! #JEGER.

Akhirnya gue belajar sangat rajin menjelang UAS. Ya, mungkin kebanyakan mahasiswa akan melakukan hal yang sama dalam kehidupannya. Namun ini lain. Gue menjadi cukup anti-sosial kala itu. Yang gue jalani kala itu hanyalah kampus-kosan-rumah temen. Semisal temen gue lagi ga mengadakan belajar bersama, gue akan mencari rumah lainnya yang bisa menampung rasa ingin pintar seorang Dezky Oka. Luar biasa Dezky Oka, kamu bisa! Ya, aku bisa! UAS gue berakhir tanpa adanya remedial sama sekali, dan untuk ukuran mahasiswa dengan nilai UTS Kalkulus ketahuan nyontek sama temen dan dicoret sehingga dapet E, serta nilai lainnya yang jeblok, IP gue tergolong selamat. 2,71.

“Alhamdulillah, terima kasih atas sarannya, Mamah Dedeh!" 
– Kumala TheJakAngelSetiaClluPadaSiOren, 18, Pulo Gebang.

Begitulah persiapan awal untuk bisa menuju Medan gue persiapkan. Kenapa ga nyari tau tentang Medan? Ga perlu! Gue akan menanyakan segala hal tentang Medan pada orang yang hendak gue datangi nanti. Biar romantis. #ApaRomantisnyaNyet

Kemudian semua rencana menjadi semakin nyata ketika gue mendapat tanda-tanda (kalo kata anak gawl Twitter masa kini, #kode) yang positif.

#EmangGimanaBro?

Jadi, pada awal tahun 2012, di kala semua orang menjadi paranoid dengan segala berita di televisi yang menceritakan tentang ramalan-ramalan yang hendak mengakhiri dunia di tahun 2012, gue sangat berbahagia. Ya, akulah manusia paling bahagia di muka bumi! HUAHAHAHAHAHAHAHA … #Okeokedeh

Gimana ngga bahagia? Semua berkat sebuah “Broadcast Message” yang gue dapatkan dari banyak alay di malam tersebut, isinya kurang lebih “Kamu punya kesempatan untuk nanya aku satu kali. Aku akan jawab dengan jujur, demi kamu!”. Daaaaan, yak! Gue pun melakukan hal yang sama.

#AhelahAlayLuBro #Biarin #YangPentingBukanAlayTereakAlay #YeeTadiKanEluTereakMerekaAlay #YaudahDehKitaLanjutinAjaYaCeritanya

Akhirnya, gue pun mengirimkan BM tersebut pada seseorang yang hendak gue datangi. Semua berjalan dengan indah. Cinta terucap secara tidak langsung. Begitulah sekiranya yang gue tangkap. Entahlah apa yang ada didalam pikirannya. Terlebih, beberapa hari sebelumnya, tepatnya pada tanggal 17 Desember 2011, dia menelpon gue untuk menjadi orang pertama yang mengucapkan "Happy birthday beserta wishlist-nya" pada gue.

"Tuhan, tolong aku. Ku tak dapat menahan rasa didadaku. Ingin aku memilikinya."
- Dilema by Cherrybelle

Dan, yap, pada malam itu juga gue langsung menuju FJB Kaskus untuk mencari tiket termurah pada tanggal 25 Januari dan kembali pada tanggal 31 Januari, demi jalan-jalan di negeri yang belum pernah gue jamah sebelumnya. YEAH! Demi merayakan kemenangan di Danau Toba! Demi menyambung tali cinta di Berastagi! Demi makan gratis di rumahnya Dodi di Tebing Tinggi!

YEAH!

Berita ini hanya rekayasa belaka, kok ...

1 Januari 2012. Mungkin akan menjadi hari paling membahagiakan nomor 6 untuk kehidupan gue setelah 1. tanggal lahir gue, 2. tanggal gue diterima di kampus impian gue, 3. tanggal gue menikah, 4. Tanggal dimana nantinya mungkin gue akan bahagia di masa depan entah karena apapun itu. Ya, kan, gue juga punya hak untuk bahagia, dan 5. Tanggal jadian gue yang gue rencanakan akan jatuh pada tanggal 26 Januari 2012.

Ah, begitulah. Saat itu gue hanya berharap semua berjalan sesuai rencana. Tuhan baik sama gue. Mungkin karena pada saat itu gue sedang rajin-rajinnya beribadah. Padahal, sebelum itu, terakhir kali gue rajin ibadah adalah ketika menjelang SNMPTN Tulis 2011. Hm, cinta. Memang semua ini pasti karenanya!

#TsaelahCinta #JijikBenerKataKataLu #YaudahSihHuft

24 Januari 2012

Gue masih dalam keadaan belum izin pada orang tua gue bahwa besok gue akan pergi menuju negeri orang yang belum terjamah oleh keluarga kami, kecuali Bokap. Akhirnya gue memutuskan untuk izin ke bokap via telepon saat gue sedang berada di tongkrongan yang selalu jadi saksi bisu kenakalan masa SMA. Ah, kenakalan masa SMA … Begitu lekat didalam hati. #Apaansih #OkeLanjut

E: “Pa, besok anakmu akan menunaikan tugas yang sangat mulia. Ia akan pergi mendapatkan jodoh yang telah ditetapkan oleh Tuhan saat ia berumur 4 bulan dalam kandungan istrimu.” 
E: “Pa, besok Eky mau ke Medan, Pa!” 
P: “Hah? Kamu mau ke Medan?” 
E: “IYAAA BOLOOOOOT!”  
E: “Iya, Papa. Eky mau main ke Medan. Iseng-iseng aja mau jalan-jalan. Hehehe.” 
P: “Emang kamu udah ada tiket buat kesananya?”
E: “Udah, kok, Pa. Udah beli. Tenang aja.” 
P: “Yaudah, nanti kamu izin dulu, ya, sama mama kamu.”

Akhirnya izin dari bokap pun turun. Disusul oleh izin dari seluruh anggota keluarga, keluarga besar, serta seluruh saudara sebangsa dan setanah air pada malam harinya.

Ya, karena klo kata orang itu, doa dari keluarga, terutama Ibu, adalah penyelamat kita didalam setiap perjalanan kita. Setidaknya, itulah yang gue pelajari dari tulisan di pantat truk Pantura.

Truk Pantura, Inspirasi penulisan kata-kata dibagian belakangnya Transjakarta.

25 Januari 2012

Pagi masih dingin,
Jablay baru check-in,
Apa daya hati sudah ingin.

Pagi 

Bandara begitu sepi. Hanya terlihat beberapa orang yang mungkin mengejar penerbangan pagi karena harus menghadiri suatu pertemuan yang penting. Begitu juga gue, selain karena tiket penerbangan pagi itu lebih murah tentunya. #YoiBro

Dua jam sudah gue mengudara. Gue menghabiskan waktu dengan tidur, karena malam sebelumnya gue sibuk … Ya, sibuk memikirkan apa aja yang hendak gue lakukan disana nantinya.

-       Menjadi orang pertama yang dilihat setelah bangun tidur di hari spesialnya?
Surprisingly good sekali!

-       Jalan-jalan sore berdua sambil ngasih makan burung merpati di Lapangan Merdeka?
Terdengar menarik!

-       Menjadi imamnya kala sholat di Masjid Agung Medan yang keren itu?
Subhanallah sekali!

-       Makan malam diiringi lagu “C.I.N.T.A-nya D’Bagindas” oleh pengamen di pecel lele pinggir jalan?
Romantis abis!

-       Menikmati matahari terbit berdua di Danau Toba?
Masya Allah, betapa Tuhan menciptakan dua hal terindah dalam hidup!

Ya, begitulah. Demi memikirkan hal-hal semu diatas, mata gue pun akhirnya menghitam di pagi harinya. Well, setidaknya hati gue terus berbunga-bunga sepenuhnya.

ASTAGA, DANAU TOBAAARGH!!!

Sesampainya di Medan, gue udah ditungguin oleh teman gue semasa SMA, namanya Yusrina. Selain menjadi seorang teman yang sangat baik, dia juga menjadi seorang informan yang sangat handal. Terlihat dari banyaknya info yang gue dapatkan darinya tentang seseorang yang hendak gue datangin. Meskipun infonya sebatas itu-itu aja, sih. Tapi tetap, gelar “Manusia paling harus diberi terima kasih oleh Eky” pada Januari 2012 sangat pantas jatuh di tangan Yusrina ini. Yoi, Bro!

Selain itu, dia juga yang nyariin gue tempat untuk berlindung dari teriknya Kota Medan di siang hari, dan tusukan dari dinginnya malam di kota ini. Gue menginap di salah satu kosan temannya di Teknik Kimia USU, Naufal namanya. Pria asal Padang yang baik hati dan dalam sekejap mampu disuruh-suruh oleh Dezky Oka yang tidak tau diri tersebut. Sekali lagi, terima kasih Yusrina. Terima kasih Naufal.

Masih di pagi hari, setelah dijemput gue langsung diperkenalkan sedikit tentang Medan oleh Yusrina. Dari keadaannya yang panas dan sebenarnya tidak perlu diucap lagi. Kemudian dia juga mengantar gue ke koperasi mahasiswa-nya USU dan disitu gue nemuin banyak banget barang asyik dan cihuy. Lengkap sekali pokoknya kayak pasar, tapi sayangnya itu bukanlah pasar. Dan gue gak lupa pula untuk beli obat alergi, yap, gue alergi sama terik matahari yang notabene menjadi salah satu simbol di kota ini.

Yusrina (Tengah-depan) #BelakangnyaPatungNyong, si anak gaul Gundalang.

Siang

Hari pertama gue habiskan untuk menjamah, menelanjangi, dan menggrepe-i Kota Medan. Dengan bermodalkan motor supra yang dimiliki oleh Yusrina, gue memulainya untuk menjalankan motor ke arah barat. Dan hasilnya adalah … TARA! Gue nyasar sampai ke Binjai.

Akhirnya gue membalikkan arah motor dan kembali menuju Medan. Setelahnya gue berhasil menelanjangi Kota Medan. Berawal dari sok ugal-ugalan di jalanan ringroad Medan dan berakhir dengan teguran seseorang di lampu merah.

“Hei, kalau tak bisa bawa motor, jangan main di jalan raya!”

Gue hanya menanggapinya dengan kata “Maaf!”. Yoi, Bro! Karena maaf itu emang gampang banget diucapin. Beda banget sama perasaan, mau terucap aja nunggu loading-nya se-abad. #YoiBangetTuhBro

Kemudian perjalanan berlanjut ke arah tengah kota setelah gue meninggalkan ringroad-nya Kota Medan. Ya, Medan gak beda jauh sama Jakarta … Angkotnya banyak yang suka berhenti sembarangan. Bahkan, mungkin sudah lebih dalam dari sekadar suka, para sopir angkot cinta untuk berhenti sembarangan dan membuat macet. #Huftness

Ya, setelah gue berkelana disana, gue menyadari satu hal. Gue bagaikan seorang Kaisar yang mampu menguasai setiap kota yang didatangi olehnya. AKULAH SANG KAISAR CINTA! YEAH!!!

Kota yang panas ini begitu menyiksa, Bro! Itulah yang gue rasakan selama mengelilingi kota tersebut dengan jaket hitam ditubuh gue. #YaEluSihBego #IyaIyaMaap

Oiya! Selain itu, gue juga terus mencari spot romantis yang sangat #BuatNembakPastiDiterima-able sambil terus nge-cek Twitter-nya demi mencari tau dimanakah dia saat itu, barang kali bisa ketemu dan kayak di FTV-FTV gitu, 2 jam kemudian menikah. Namun, gue salah, gue malah ketemu Mas-mas tanggung yang memberi senyum menjijikan saat gue berada di Gramedia. ARGH!


Malam

Hari itu pun gue akhiri dengan berkenalan sama Naufal yang akan menjadi penjamu gue di kosannya. Ya, sebuah pengalaman baru, dan sebuah pelajaran yang berkata bahwa Medan gak beda jauh sama Jakarta. Bedanya apa? Medan lebih panas! #Huftness.

Oh, ini yang namanya Medan.

26 Januari 2012


Pagi


“Ha… Happ… Happy birthday to youuu … Happy birthday to youuuu …”

Begitulah sepenggal lirik dari lagu yang gue berikan padanya. Gue berharap gue bakal memberikan sesuatu yang lebih daripada sekadar berdiri dihadapannya sambil memegang kue yang ditancapkan lilin dengan angka 18 tersebut. Namun gue malah bernyanyi dengan suara cempreng ala remaja yang suka karaokean sambil nyanyi lagu-lagu cinta yang mendayu-dayu … Huft.

Dia kecewa? Semoga saja tidak. Yang gue tau, saat itu dia cuma bingung karena gue ada dihadapannya. CIYEKS! Dan gue cuma bisa tertegun aja setelah mendapati pintu kamarnya terbuka, diikuti oleh sesosok wanita yang sedang mengucek-ngucek matanya yang mungkin masih dipenuhi oleh peluh yang berasal dari mimpinya.

Cantik. Hanya itu yang ada dipikiran gue saat itu. Gue kira gue bakal bisa memberikan kejutan yang sangat besar buat dia. Ternyata gue salah. Gue yang terkejut oleh penampakannya yang udah gak gue liat semenjak 1,5tahun yang lalu. Terima kasih atas kejutannya. 


Siang

Setelah sarapan bersama. #YoiBro, untuk pertama kalinya gue sarapan berduaan dengan seorang wanita yang gak ada hubungan darahnya sama gue. Terlebih lagi wanita itu adalah seseorang yang selalu diharapkan untuk … Ah, sudahlah. Dan setelah melewati begitu banyak kalimat dan kata-kata yang datang dari masa lalu, akhirnya gue pun sampai pada saat dimana gue mendapati bahwa arti dari kalimat “saat kita bersama seseorang yang kita cintai, kita akan merasakan bahwa waktu akan menjadi sangat lambat” adalah SALAH!. Yoi banget, Bro! Gue yakin banget, gue baru ngobrol-ngobrol sekitar satu jam doang, tapi jarum jam yang lebih pendek begitu cepatnya menunjuk angka satu. Temannya hadir, mengusir sosok lain yang sangat masih ingin bersamanya. Dan akhirnya, gue pun pergi dari kosannya.

Sesampainya di kosan Naufal yang saat itu sedang berada di kampus, gue gak menghentikan seluruh pikiran gue untuk berjibaku dengan tulisan-tulisan didalam BBM gue. Terus-terusan mengerahkan seluruh pikiran gue biar bisa terus nyambung dengan alur percakapan dengan seseorang yang baru pagi tadi bertemu lagi setelah berpisah lebih dari 1,5tahun lamanya sejak kali pertama bertemu.

Dia mengajak gue untuk makan malam bersama. Ah, serius lu? YOI! Ya, sebenernya sih, demi menunaikan traktirannya di hari ulang tahunnya.

“Ajak Yusrina sama Naufal, ya!” 
“Siap! Tenang aja!”

Begitulah jawaban gue. Tapi siapa juga yang mau ngajak mereka. Ganggu!

Tapi, sebagai seorang mahasiswa yang (katanya) merupakan masyarakat sipil terpelajar, meskipun begitu gue tetep harus “mengajak” mereka.

“Naufal, kamu nanti malem sibuk, ya?” 
“Iya, Dez. Mau ketemu sama temenku yang dari Padang juga. Kenapa?” 
“Ngga apa-apa, fal. Kamu tampan!

YES! Satu masalah selesai.

“Yus, diajakin makan malem sama si itu. Traktiran ultah katanya. Lu ga mungkin bisa, kan? Lu sibuk, kan, nanti malem?” 
“Ngga, kok, dez. Ngga sibuk. HAHAHAHA. Iyadeh, dez. Gue gabisa, deh.” 
“Oke, Yus! Kamu memang cantik!

SEMUA MASALAH SELESAI! Aku dan dia. Malam ini. SUN Plaza. YEAH!


Malam

Sun Plaza

Flanel terkeren milik gue yang sebenernya kegedean dan udah gak layak pakai lagi itu membungkus tubuh gue pada malam spesial tersebut. Membungkus kulit yang juga membungkus daging anak manusia norak ini untuk mengelilingi Mall paling keren seantero Medan, SUN Plaza.

SUN Plaza sendiri dianggap sebagai Mall paling keren di Medan. Ibaratnya, tuh, kayak Grand Indonesia di Jakarta, Paris Van Java atau mungkin Trans Studio Mall di Bandung, Paragon (yang kecil itu) di Semarang, serta Indomaret di Kebumen.

Selama di dalam perjalanan berdua tersebut, sebagai AGWYJPKM (Anak Gaul Warkop Yang Jarang Pergi Ke Mall) pada saat itu gue cuma menjawab seadanya saja apapun yang dia bilang.

“Lu kemarin kesini juga, ga, Dez?”
“Tidak.”
“Baju-baju bagus di Medan itu dijualnya disini, Dez!”
“Oh. Bisa jadi.”
“Kita makan sushi aja, ya, Dez!”
“Iya.”
“Lo suka sushi, kan?”
“Bisa jadi.”
“Oiya, gue lagi pengen pancake juga nih, Dez.”
“Iya.”
“Mau, ga, jadi pacar gue?”
“TIDAK! TIDAAAAK! TIDAAAAAK MUNGKIN SAYA MENOLAK!”
 
Sayangnya, yang terakhir hanyalah sebuah perbincangan imajiner didalam kepala gue. Pathetic!

Gue masuk kedalam sebuah rumah makan sushi yang sebenarnya di Jakarta pun ada. Diluar rencana gue yang tadinya hendak makan malam romantis di warung pecel lele pinggir jalan. Tapi, ya, gue ikutin aja. Toh, dia yang bayar. Begitulah yang ada didalam pikiran gue.

Setelah gue keluar dari tempat sushi itu, gue berikrar bahwa gue gak akan pernah datang kesana lagi kecuali gue ditraktir. Ya, sebagai seorang pejuang MMNBT (Makanan Murah Namun Bergizi Tinggi) gue cukup shock dengan harga yang ada di dalam daftar menu restoran sushi tersebut.

Setelahnya, kami menuju sebuah restoran yang menyediakan pancake bernama “Blu Apple”. Sayangnya, kata seseorang yang mengajak gue ke tempat tersebut, Blu Apple kini telah tiada. Betapa malangnya Blu Apple. #KemudianMengheningkanCipta

Di Blu Apple, untuk pertama kalinya gue terekam dalam satu frame bersamanya. DIA YANG MINTA! Serius, deh. Katanya Yusrina, sih, soalnya dia emang belom pernah foto sama gue. Jadi, nambah-nambah foto aja di galerinya. Kemudian dia mencoba mengambil gambar dengan hp-nya, namun nge-blur terus. Mungkin gugup. Ehem. Akhirnya dengan tingkat inisiatif yang sangat tinggi gue mengeluarkan hp gue dan ... CLICK! Fotonya nge-blur juga. Ternyata gue terlalu gugup walau hanya untuk sekadar mengambil foto.

Entah kenapa selama jalan bareng dia otak gue beku. Termasuk saat gue pesen yoghurt ala SourSally di Blu Apple dan gue takut harganya kemahalan karena di menunya tulisannya itu (klo ga salah) 65/gr. Gue takut klo itu artinya 65ribu. Setelahnya gue pun menanyakan hal tersebut pada mas-mas penjualnya dan berakhir memalukan.

“Ih, Dezky. Selow aja sih.” Begitu katanya.

Akhirnya malam itu berakhir setelah sopir taxi mengantarkan kami sampai ke kosan dia.

“Pak, boleh, ga, nanti pas balik kedepannya saya numpang sampe jalan raya.”
Gabisa! Argonya disetel cuma untuk satu destinasi aja.”
“Oh, gitu. Yaudah deh Pak. Gausah.”
“PELIT LO, PAK!” Begitulah yang ada didalam kepala gue.

Setelah turun dari taxi tersebut dan gue memberikan salam perpisahan yang sangat mengharukan dan pastinya unforgettable buat abang-abang taksinya, joget Gery Cheese-crackers, gue mengantarkan seseorang yang baru saja membiayai "keseluruhan malam gue saat itu" menuju pintu gerbang kosannya.

DAN! OH! Dia nyium tangan gue!!! Gatau gue yang norak atau gue yang ke-geer-an. Tapi, bagi gue, ini tuh bagaikan adegan saat Keenan nyamperin Kugy di atap rumah dalam "Perahu Kertas", saat Habibie selalu menemani Ainun ketika dia sakit dalam "Habibie dan Ainun", dan saat Jack melukis Rose di "Titanic". ROMANTIS!

Setelahnya pun dia pergi masuk kedalam, senyuman darinya sudah cukup untuk menjadi teman gue mengarungi jalan yang gelap dan sepi menuju jalan raya. Terima kasih, Cinta! #TsaelahCinta #MamamLacunSana

Itu tempelan di Blu Apple, bukan gue yang nambahin. SUMPAH!

27 Januari 2012


“Mahacinta hanyalah Tuhan, selain itu hanyalah semu belaka.” – Anonim 


Siang Menuju Sore 

Pagi itu Siang itu gue dibangunkan oleh bunyi tanda sms dari mantan. Iya, MANTAN! Sosok masa lalu yang (katanya, sih) akan selalu membayangi hidup kita. Begitulah, salah seorang mantan gue menyatakan perasaannya. Sayang, padi yang telah terbuang tak akan pernah bisa menjadi beras. Dan dengan pede-nya gue bilang …

“Maaf, (nama mantan), Dezky udah punya pacar sekarang.”

Ini gue anggep sebagai afirmasi. Ya, gue akan meraih cinta hari ini. Semua perjuangan gue gak akan sia-sia. Perjalanan gue akan menyenangkan setelah ini. Meskipun sendirian, gue akan merayakan keberhasilan gue.

Berastagi, Danau Toba, Tebing Tinggi … I’m coming, Beib!

Jadi gini, sebenarnya dia sudah harus kembali ke Jakarta di sore hari ulang tahunnya. Namun, katanya sih, karena gue hadir kepulangannya pun akhirnya diundur menjadi sehari kemudian, yaitu hari ini.

Gue gak mungkin menghalanginya. Siapa gue? Siapa Helmi Yahya? #KenapaHelmiYahya? #UdahBiarinAja

Akhirnya gue menyediakan diri untuk mengantar kepulangannya pada sore hari tanggal 27 Januari 2012 di Bandara Polonia, Medan. Setelah menjemur boxer dan kolor kebanggaan di genteng kosannya Naufal, gue menuju rumah Tantenya Yusrina yang juga merupakan tempat tinggal Yusrina di Medan untuk kembali meminjam motornya.

Jalanan Medan hari itu sangat padat, sepadat perasaan cinta didalam hati gue. Panas, sepanas gelora cinta yang membara didalam hati gue. Serta semrawut, se-semrawut pikiran yang terus merayap kemana-mana hanya untuk berekspektasi. Sepanjang perjalanan pun gue terus mencari buah dada tangan yang hendak gue berikan sebagai hadiah ulang tahunnya. Akhirnya gue menetapkan untuk mencari PETA MEDAN!

Kenapa peta medan? Karena dia sangatlah cupu Medan. Gue nanya segala hal tentang Medan dia gatau. Dimana tempat makan paling romantis? Dia gatau. Dimana tempat yang bisa membuat gue otomatis jadi imamnya? Dia gatau. Dimana tempat gue bisa nyatain cinta dan pasti diterima? DIA GATAU!

Setelah berkeliling lagi Kota Medan untuk mencari-cari peta tersebut, gue akhirnya malah menemukannya di bandara, tempat gue semestinya bertemu dengannya. SIAL! Kemudian, setelah membungkusnya di Indomaret yang ada di bandara sambil cerita-cerita ke Mas-Mbak di Indomaret (karena mereka menanyakan perihal peta tersebut) dan menyupport gue secara penuh, gue beranjak menuju ke tempat dia berada saat ini.

Akhirnya kami bertemu di Dunkin Donuts yang ada di Bandara Polinia. Semua yang terjadi … Terjadilah!

Yang kayak gini cuma ada di Berastagi. Kamu gaktau, kan, dibelakangnya kameramen ada apa?


Eksekusi


“Klo emang lu bilang semua orang bisa bilang suka begitu aja. Oke, gue cuma mau bilang klo gue cinta sama lu. Dari pertama kita ketemu. Gue gatau lagi harus bilang apa. Udah, itu aja …”

Menjijikan? Ingin meludah? Ingin muntah? Ingin menghardik? Atau sertamerta ingin pergi jauh-jauh ke Antartika setelah mendengarkan lirik dari salah satu lagunya Of MontrealARGH!

“Let’s pretend we don’t exist! Let’s pretend we’re in Antartica!” -Wraith Pinned To The Mist And Other Games by of Montreal 

Oke, kasus pertama adalah gue bukanlah seorang pujangga yang pandai merangkai kata, kasus keduanya adalah Itu kali pertama gue bilang CINTA! Klo ngungkapin perasaan hati, sih, udah sering, meskipun hasilnya gak ada yang bisa dianggap hasil. Yap, nulis “cinta” itu emang gampang, tapi gak demikian saat lu ngucapin. Klo pas ngucapin elu merasa gampang, ya, berarti lu ngucapin bukan pada seseorang yang bener-bener … Ah, sudahlah.
Mungkin memang benar kata Rhoma Irama … Janganlah begadang kalau tak ada gunanya. #apaansih #garingjing #yaudahsihelah

Masih hangat. Baru saja saya foto.
Begitulah. Gue gagal. Alasannya klasik. Dia ga dibolehin pacaran sama orang tuanya. Tapi pada kenyataannya memang dia belum pernah pacaran, katanya. Ya, awalnya gue kira cerita model begini, cinta tak direstui orang tua, hanya ada di sinetron, ftv, atau video klip lagu melayu semata. Gue masih inget kala gue pernah mengejek salah satu video klip jenis tersebut dan temen gue berkata "Hati-hati nanti kualat lo!". Dan benar saja, gue kualat.

Huftness melanda. Semua bayangan gue untuk menikmati sunrise di Danau Toba sirna, menikmati sunset di Ancol bersama alay-alay pinggir pantai sambil nyoret-nyoret tanggal jadian di jembatan pantainya setelah kembali ke Jakarta pun turut sirna.

“Semua hilaaaaang. Dan semua hilaaaaang. Rasa itu t’lah pergi, dapatkah kurasa hadirmu dihati?”  
- Hilang by Gangstarasta

Waktu keberangkatannya untuk kembali ke Jakarta akhirnya datang. Gue nganterin dia sampe pintu masuk dan dia melongos begitu saja. Ya, suara gue kala memanggil dia untuk terakhir kalinya pun mungkin gak kedengeran sama dia. Gue pun gatau kenapa sejenak bandara yang rame itu berubah jadi sunyi senyap. Dunia seperti tanpa suara. Gue pun tak bersuara.

“Selamat datang di Indomaret!” Begitulah suara mbak-mbak Indomaret yang tadi nyupport gue berkumandang menyambut gue. Tak ayal, Mas-mas yang tadi pun turut serta bergabung.

“Gimana, Bang? Berhasil?” Gue cuma bisa menggeleng pelan dan sekelibat kemudian langsung mengambil silet untuk kemudian menyilet-nyilet nadi gue. Tapi, bohong. Gue cuma bilang klo gue gagal dan kemudian kembali membeli stok rokok Gudang Garam Filter demi keselamatan paru-paru gue yang sangat gue cintai.

“Tenang, Bang. Cewek itu emang gitu. Pura-pura doang dia nolak abang. Sebenernya dia juga suka sama abang. Samperin aja lagi nanti pas di Jakarta.” 
- Mawar, Kisaran 22, Mas Indomaret yang gue lupa namanya siapa. 
#KanCowok #KokMawar? #BiarinAjaSih #KanBiarNamanyaLovelyLovelyGimanaGitu

Seketika gue terpanggil oleh kata-kata tersebut dan berpikir “Bener juga!”, namun seketika lagi gue baru inget. Gue masih punya janji sama diri gue sendiri untuk pergi ke Danau Toba, serta janji untuk numpang makan di rumah Dodi dan “ngecengin” adik kelas di SMA-nya Khamanda. SMA nomor satu di Tebing Tinggi, katanya.

“Akan aku siapkan karpet merah untuk menyambutmu nanti!” 
Begitu pekik Khamanda saat mengetahui kabar bahwa gue akan bermain ke Tebing Tinggi.

Mungkin, gue akan nyamperin lagi seseorang yang baru saja berpisah itu di Jakarta, setelah gue kembali dari perjalanan gue yang belum berakhir ini. Tapi pada kenyataannya. Sampai tulisan ini ditulis di Dunkin Donuts Duren Sawit, Jakarta Timur, rekap sejarah membuktikan bahwa kali terakhir gue berjumpa serta berbincang dengannya adalah di Dunkin Donuts Bandara Polonia, Medan.

Setelah itu pun akhirnya gue beranjak menuju kafe yang udah gue tentuin sebagai kafe paling romantis seantero Medan, dan sempat gue ekspektasikan menjadi tempat yang akan menyimpan kenangan bersamanya, sendirian. Gue galau disana. Terlebih ada iklan dari salah satu provider yang menceritakan tentang kegagalan cinta seorang pria karena tidak direstui oleh orang tua sang wanita. Lebih sialnya lagi, latar tempatnya adalah ... MEDAN. #BANGSYAD!

Ini dia kafe romantisnya. Tuh, ada pipa pembuangannya. Romantis, kan?

Nah, ini dia cuplikan iklannya. Huft!

Malam 


“Mas gimana di Medan? Asik ga? Kamu baik2 aja kan?”

Begitulah isi SMS dari bokap gue saat malam menjelang. Sebelumnya gue sudah mengubur semua cerita perjalanan yang hendak gue jalani di luar Kota Medan. Sore tadi, sehabis menggalau di kafe romantis sambil nyetel lagunya Adele yang berjudul "Someone Like You", gue langsung keliling Medan (lagi) bareng Yusrina untuk nyari agen tiket demi menukar tiket gue yang hendak kembali ke Jakarta pada tanggal 31 Januari menjadi besok, 28 Januari. Biarlah uang sisa tabungan gue habis disini. Asal tidak kau habisi seluruh perasaanmu untukku. #Apaansih

Dan ternyata gue gagal, bahkan hanya dalam mencari tiket pulang. Semua agen tutup. Semua agen tidak memikirkan perasaan gue.

“Papa, aku gagal!”
“Gagal kenapa? Kamu emang nyari cewek juga disana terus ditolak?”
“Ngga, Pa! Eky gagal nyari suasana di Medan. Kayaknya besok Eky pulang, deh, Pa.”
“Oh yasudah klo begitu nak. Tiketnya gimana?”
“Udah. Gampang, kok.”
 

Akhirnya gue pulang menuju kosannya Naufal dengan membawa Kebab untuknya. Sesampainya di depan kamarnya Naufal gue baru menyadari bahwa Naufal pergi membawa kunci kamarnya karena gue bilang gue bakal lama.

“Emang kenapa lama, Dez?” 
“Aku akan meraih cinta hari ini, fal!”

Begitulah. Sial, memang. Akhirnya gue pun menunggu didepan pintu kamar kosannya Naufal sambil mendengarkan alunan suara Danny O’Donoghue, vokalisnya The Script, mengalunkan tembang "Nothing" yang selalu kalah oleh lagu-lagunya ST12 di chart Dahsyat kala itu. Gue galau lagi malam itu. Gue bener-bener ingin mencoba untuk merasakan yang namanya air mata cinta, namun gue gagal. Seumur hidup, hingga tulisan ini dibuat, gue belum pernah nangis cuma karena cinta. #EkySiKuat #EkySiPantangMenangisKarenaCinta

Akhirnya malam itu berakhir saat Naufal kembali dan gue masuk ke kamarnya untuk kemudian tertidur. Gue melupakan satu hal. Tadi gue beli Kebab untuk Naufal, dan ternyata Kebab tersebut diam-diam sudah masuk kedalam perut gue saat "Galau Behind The Door Moment" tadi. Ini semua pasti karena cinta. Pasti! Cintalah yang membutakan mata sang kebab tersebut untuk salah masuk kedalam tubuh yang tidak seharusnya. So, bukan salah gue.

Hanya sekadar liriknya Coldplay, kok.

28 Januari 2012


Playlist gue hari ini gak jauh-jauh dari "Breakeven"-nya The Script, "Tak bisa memiliki"-nya Samsons,  dan “Fix You”-nya Coldplay. Gue salah. Harusnya gue nyetel lagu yang lebih bersemangat. Gue salah. Gue harusnya sudah mengisi lagunya si Tegar di iPod gue meskipun saat itu lagunya belum nge-hits. Ya, gue salah!

"Cita-citaku menjadi orang kaya. Dulu ku susah, sekarang alhamdulillah." 
- Aku yang Dulu Bukanlah yang Sekarang by Tegar

Pagi itu gue langsung tancap gas menuju Bandara Polonia bersama Yusrina. Ya, Yusrina benar-benar malaikat yang jatuh di Kota Medan. Kenapa bisa jatuh? Mungkin karena berat badannya yang tak tertampung oleh awan di khayangan sana.

“Penerbangannya baru saja pergi sekitar 30menit yang lalu. Baru ada penerbangan lagi nanti jam 7malam. Kamu gagal, Mas!”

Gue gagal lagi. Tapi demi pergi dari kota ini secepetnya akhirnya gue tetep ambil penerbangan tersebut meskipun harus menambah biaya sekitar 300ribu. Lumayan, Bro, buat beli rokok tiga puluh bungkus.

Setelah itu semua terlewati. Dimulai lah perjalanan gue yang sebenarnya di Kota Medan bersama Tour Guide bernama Yusrina yang sebenernya dia sendiri gak begitu kenal sama Medan. Tak kenal maka tak sayang, maka kami mencoba untuk mengenal Medan lebih dalam dari sebelumnya.

Akhirnya tujuan pertama kami adalah KFC. Sh*t, Man! Di Jakarta juga ada. Gapapa, biar bisa liat Cinta Laura nongol di tivi-nya. Kenapa dengan Cinta Laura? Gapapa. Buat bahan tulisan aja. Biar panjang.

Setelah dari sana dan menceritakan SEGALANYA pada Yusrina, gue melanjutkan perjalanan menuju tempat karaoke. Hanya untuk sekadar karaokean aja. Sekadar. Ya, lu tau lah playlist-nya apa aja. Hih!

Kemudian, kami akhirnya bertolak menuju ke Titigantung. Apa itu Titigantung? Titigantung merupakan Titi yang tergantung. HAHA GAK LUCU!

Baiklah, sebelumnya gue meminta tolong pada Yusrina untuk mengantar gue ke tempat dimana buku murah dijual. Alhasil, jadilah Yusrina mengajak gue kesini. Bro! Titigantung itu emang keren, Bro! Selain jual banyak jenis buku murah, disini juga menjual pemandangan EPIC secara gratis. Gila, Men! Gue bisa dapetin foto diri gue dengan background yang pecah kayak dibawah ini.

Titigantung. Banyak yang ga percaya ini di Medan saat gue pasang jadi DP BBM, sampai akhirnya mereka menemukan rupa kereta dibelakang gue.
Tapi, satu yang kurang. Gue gak mendapatkan buku yang gue cari disana. Akhirnya Yusrina mengajak gue untuk pergi beranjak ke Lapangan Merdeka. Di daerah sana ada banyak penjual buku bekas dan murah juga soalnya. Akhirnya kami memarkirkan motor untuk setelahnya beranjak menuju Penjual Buku yang ada disana. Tapi, bukan buku-lah yang memancing perhatian gue. Tapi lokomotif yang berada didekat Setasiun Medan-lah yang memancing perhatian gue. Alhasil gue berfoto-foto narsis menjijikan disana.

Padahal gue yakin banget klo dua hari yang lalu gue udah menjamah tempat ini, tapi gue gak menemukannya. Mungkin inilah yang disebut patah hati. Membuat kita menjadi lebih sensitif terhadap segala hal. Cinta, cinta lagi.

Berikut adalah foto-foto kala gue meng-alay disana. Gapapa. Toh, gak bakal ada yang kenal sama gue. Kecuali gue artis seksi kenamaan yang dihajar di Golden Monkey, Bandung, kemudian melapor ke kantor polisi dalam keadaan tetap seksi.

Setasiun, Broh! Medan memang beda! Sayangnya, foto yang bareng lokomotif ada di laptop yang rusak.

Ini dia lokomotifnya. WHOAH!!!
Lapangan Merdeka. Selain bisa fitness gratis, disini juga bisa ngasih makan burung merpati secara romantis. Meskipun sendirian. Sayangnya, foto yang lain (lagi-lagi) ada di laptop yang rusak.

Alay, ya, mereka? Sebenernya gue punya pose yang lebih alay dari mereka. Maklum, saya mah alay.

Seharusnya disini adalah spot foto saat gue memberi makan burung merpati dengan romantisnya. Meskipun seorang diri.
Setelah itu gue beranjak lagi bareng Yusrina untuk menjamah tempat yang memang belum gue jamah di Medan. Turut serta berhenti di Istana Maimun, serta di Masjid Agung Medan untuk shalat Ashar sekadar beli minum dan foto-foto alay. Dari sana gue akhirnya menyadari pula bahwa Medan itu kecil. Gue bagaikan muter-muter disitu aja. Gue, bahkan, kayaknya udah berkali-kali lewat depannya Bandara Polonia.

Inilah Istana Maimun, tempatku ber-narsis ria bersama sang motor yang penuh peluh dari teriknya Medan.

Masjid Agung Medan. AGUNG PISAAAAAN!!!

Akhirnya gue mengakhiri perjalanan gue di Medan setelah gue berada di bagian paling ujung timur Kota Medan.


“Dezky, aku takut.” 
Begitulah Yusrina menggoda gue untuk kembali menuju daerahnya, USU.

Akhirnya gue balik lagi ke daerah USU untuk menyatakan cinta pada mahasiswi lain nyari makan sekalian foto “sikit” disana. Setelah makan di salah satu toko yang menjajakan mi ayam yang super wuenak disana dengan harga yang cuma 7rebu perak, gue balik lagi ke bandara. Ya, akhirnya gue meninggalkan Yusrina. Bye, Yusrina! Hush! Hush! Hush!

Foto ini diambil di Google. Seharusnya ada gue di foto ini. Tapi sayang, fotonya ada di laptop yang rusak.

Dengan sisa uang yang ada di saku, gue hanya mampu untuk membiarkan diri gue untuk merokok di smoking room. Untunglah pesawatnya delay sehingga gue dapet makan. YEAH! 

“Gak selamanya pesawat yang tertunda adalah petaka.” 
–Eky, 19, Pecinta Coffe Latte rasa Tiramisu-nya Dunkin Donuts.

Begitulah. Akhirnya gue pun meninggalkan Kota Medan dengan berbagai cerita yang sebenarnya udah pernah gue share, namun gak selengkap yang sekarang. Ibarat kata, tuh, ini Full Version. Lagipula, cerita ini juga gue share karena gue sendiri udah gak ada rasa sama sekali sama yang jadi tokoh utamanya. Kami berteman baik sampai saat ini. Itulah mengapa gue merasa leluasa untuk menceritakan kisah ini. Dan, tentunya, gue gak ada maksud apa-apa menulis cerita ini kecuali dengan tujuan mengisi waktu liburan sekalian iseng-iseng berhadiah mengikuti kompetisi #NekadTraveler.

#PadahalAbisNge-UnshareDiPath #PadahalAbisNge-BlockDiTwitter #PadahalPadahalLainLainnya

Cinta memang mampu menggerakkan, namun mampu pula menjadi penghenti langkah seseorang. Ya, semua memang karena cinta. Oh, cinta … #Apaansih

Ya, mungkin memang cerita gue ini gak lebih keren dari cerita-cerita #NekadTraveler yang lain. Banyak yang modalnya lebih sedikit dari gue tapi perjalanannya lebih mencengangkan. Sedangkan modal gue untuk perjalanan ini sangatlah banyak dan berakhir memilukan. Bahkan, gue kehilangan boxer kebanggaan gue yang masih dijemur di genteng kosannya Naufal. Mungkin, hingga saat ini.

EH! Emang modal lo apaan? Duit aja pas-pasan!? Cinta gue sangat besar saat gue pergi menuju tempat ini. Itulah modal gue! Namun, mungkin tas ransel gue bocor sehingga isinya jadi mengecil saat gue pulang.

Baiklah. Segitu aja cerita dari gue. #SegituApanya? #ItuBanyakBego. Sekali lagi, cerita ini gak memiliki maksud apa-apa, kok. Penulisnya sudah move on. Sudah punya pacar yang lebih cantik. #InsyaAllah #DoainAja

Selamat tinggal, Medan. Semoga gue bisa punya alasan yang lebih baik lagi untuk kembali ke kota ini. Terima kasih Yusrina. Terima kasih Naufal. Terima kasih Mas-Mba Indomaret. Terima kasih sopir taxi. Dan terima kasih, Kamu.

15 Agustus 2013, Dunkin Donuts Buaran.
Dezky Oka

2 comments: